• Bacaan 12.03.2010 12 Comments

    oleh: Woody McKay Jr,


    Sebagai seorang supir selama beberapa tahun di sekitar awal tahun 1910-an, ayahku menyaksikan majikannya yang kaya raya secara diam-diam memberikan uang kepada banyak orang, dan sadar bahwa mereka tidak akan pernah mampu mengembalikan uang itu.

    Ada satu cerita yang menonjol dalam kenanganku di antara banyak cerita yang disampaikan ayahku kepadaku. Pada suatu hari, ayahku mengantar majikannya ke sebuah kota lain untuk menghadiri sebuah pertemuan bisnis. Sebelum masuk ke kota itu, mereka berhenti untuk makan sandwich sebagai ganti santap siang.


    Ketika mereka sedang makan, beberapa orang anak lewat, masing-masing menggelindingkan sebuah roda yang terbuat dari kaleng. Salah seorang di antara anak-anak itu pincang. Setelah memperhatikan lebih dekat, majikan ayahku tahu bahwa anak itu menderita club foot. Ia keluar dari mobil dan menghentikan anak itu.

    "Apakah kakimu membuatmu susah?" tanya orang itu kepada si anak.

    "Ya, lariku memang terhambat karenanya," sahut anak itu.

    "Dan aku harus memotong sepatuku supaya agak enak dipakai. Tapi aku sudah ketinggalan. Buat apa tanya-tanya? "

    "Mm, aku mungkin ingin membantu membetulkan kakimu. Apakah kamu mau?"

    "Tentu saja," jawab anak itu. Anak itu senang tetapi agak bingung menjawab pertanyaan itu.

    Pengusaha sukses itu mencatat nama si anak lalu kembali ke mobil. Sementara itu, anak itu kembali menggelindingkan rodanya menyusul teman-temannya.

    Setelah majikan ayahku kembali ke mobil, ia berkata, "Woody, anak yang pincang itu… namanya Jimmy. Umurnya delapan tahun. Cari tahu di mana ia tinggal lalu catat nama dan alamat orang tuanya. " Ia menyerahkan kepada ayahku secarik kertas bertuliskan nama anak tadi.

    "Datangi orang tua anak itu siang ini juga dan lakukan yang terbaik untuk mendapatkan izin dari orang tuanya agar aku dapat mengusahakan operasinya. Urusan administrasinya biar besok saja. Katakan, aku yang menanggung seluruh biayanya."

    Mereka meneruskan makan sandwich, kemudian ayahku mengantar majikannya ke pertemuan bisnis.

    Tidak sulit menemukan alamat rumah Jimmy dari sebuah toko obat di dekat situ. Kebanyakan orang kenal dengan anak pincang itu.

    Rumah kecil tempat Jimmy dan keluarganya tinggal sudah harus di cat ulang dan diperbaiki di sana sini. Ketika memandang ke sekeliling, ayahku melihat baju compang-camping dan bertambal-tambal dijemur di seutas tali di samping rumah. Sebuah ban bekas digantungkan pada seutas tambang pula pada sebuah pohon oak, tampaknya untuk ayunan.

    Seorang wanita usia tiga puluh limaan menjawab ketukan pintu dan membuka pintu yang engselnya sudah berkarat. Ia tampak kelelahan, dan tampangnya menunjukkan bahwa hidupnya terlalu keras.

    "Selamat siang," ucap ayahku memberi salam. "Apakah Anda ibu Jimmy?"

    Wanita itu agak mengerutkan dahinya sebelum menyahut.

    "Ya. Apakah ia bermasalah?" Matanya menyapu ke arah seragam ayahku yang bagus dan disetrika rapi.

    "Tidak, Bu. Saya mewakili seorang yang sangat kaya raya yang ingin mengusahakan kaki anak Anda dioperasi agar dapat bermain seperti teman-temannya. "
    "Apa-apaan ini, Bung? Tak ada yang gratis dalam hidup ini."

    "Ini bukan main-main. Apabila saya diperbolehkan menerangkannya kepada Anda dan suami Anda, jika ia ada saya kira semuanya akan jelas. Saya tahu ini mengejutkan. Saya tidak menyalahkan bila Anda merasa curiga."

    Ia menatap ayahku sekali lagi, dan masih dengan ragu-ragu, ia mempersilahkannya masuk. "Henry," serunya ke arah dapur, "Ke mari dan bicaralah dengan orang ini. Katanya ia ingin menolong membetulkan kaki Jimmy."

    Selama hampir satu jam, ayahku menguraikan rencananya dan menjawab pertanyaan-pertanya an mereka. "Apabila Anda mengizinkan Jimmy menjalani operasi," katanya, "Saya akan mengirimkan surat-suratnya untuk Anda tandatangani. Sekali lagi, kami yang akan menanggung seluruh biayanya."

    Masih belum bebas dari rasa terkejut, orang tua Jimmy saling memandang di antara mereka. Tampaknya mereka masih belum yakin.

    "Ini kartu nama saya. Saya akan menyertakan sebuah surat kalau nanti saya mengirimkan dokumen-dokumen perizinan. Semua yang telah kita bicarakan akan saya tuliskan dalam surat itu. Andai kata masih ada pertanyaan, telepon atau tulis surat ke alamat ini." Tampaknya sedikit banyak ini memberi mereka kepastian. Ayahku pergi. Tugasnya telah ia laksanakan.

    Belakangan, majikan ayahku menghubungi walikota, meminta agar seseorang dikirim ke rumah Jimmy untuk meyakinkan keluarga itu bahwa tawaran tersebut tidak melanggar hukum. Tentu saja, nama sang dermawan tidak disebutkan.

    Tidak lama kemudian, dengan surat-surat perizinan yang telah ditandatangani, ayahku membawa Jimmy ke sebuah rumah sakit mewah di negara bagian lain untuk yang pertama dari lima operasi pada kakinya.

    Operasi-operasi itu sukses. Jimmy menjadi anak paling disukai oleh para perawat di bangsal ortopedi rumah sakit itu. Air mata dan peluk cium seperti tak ada habisnya ketika ia akhirnya harus meninggalkan rumah sakit itu. Mereka memberikannya sebuah kenang-kenangan, sebagai tanda syukur dan peduli mereka… sepasang sepatu baru, yang dibuat khusus untuk kaki "baru"nya.

    Jimmy dan ayahku menjadi sangat akrab karena sekian kali mengantarnya pulang dan pergi ke rumah sakit. Pada kebersamaan mereka yang terakhir, mereka bernyanyi-nyanyi, dan berbincang tentang apa yang akan diperbuat oleh Jimmy dengan kaki yang sudah normal dan sama-sama terdiam ketika mereka sudah sampai ke rumah Jimmy.

    Sebuah senyum membanjiri wajah Jimmy ketika mereka tiba di rumah dan ia melangkah turun dari mobil. Orangtua dan dua saudara laki-lakinya berdiri berjajar di beranda rumah yang sudah tua itu.
    "Diam di sana, " seru Jimmy kepada mereka. Mereka memandang dengan takjub ketika Jimmy berjalan ke arah mereka. Kakinya sudah tidak pincang lagi.

    Peluk, cium dan senyum seakan tak ada habisnya untuk menyambut anak yang kakinya telah "dibetulkan" itu. Orang tuanya menggeleng-gelengka n kepalanya sambil tersenyum ketika memandangnya. Mereka masih tidak bisa percaya ada orang yang belum pernah mereka kenal mengeluarkan uang begitu banyak untuk membetulkan kaki seorang anak laki-laki yang juga tidak dikenalnya.

    Dermawan yang kaya raya itu melepas kacamata dan mengusap air matanya ketika ia mendengar cerita tentang anak yang pulang ke rumah itu.
    "Kerjakan satu hal lagi, " katanya, "Menjelang Natal, hubungi sebuah toko sepatu yang baik. Buat mereka mengirimkan undangan kepada setiap anggota keluarga Jimmy untuk datang ke toko mereka dan memilih sepatu yang mereka inginkan. Aku akan membayar semuanya. Dan beritahu mereka bahwa aku melakukan ini hanya sekali. Aku tidak ingin mereka menjadi tergantung kepadaku."

    Jimmy menjadi seorang pengusaha sukses sampai ia meninggal beberapa tahun yang lalu.

    Sepengetahuanku, Jimmy tidak pernah tahu siapa yang membiayai operasi kakinya.

    Dermawannya, Mr, HENRY FORD, selalu mengatakan lebih menyenangkan berbuat sesuatu untuk orang yang tidak tahu siapa yang telah melakukannya.

    "Ada kebahagiaan yang kita rasakan dari menolong orang lain"

    (Paul Newman)

  • Bacaan 12.03.2010 176 Comments

     

    Ada seekor bebek jantan yang melihat angsa betina.

    Bebek jantan ini langsung jatuh cinta pada pandangan pertama pada angsa betina yang cantik. Karena ingin menarik perhatian angsa betina, si bebek jantan melakukan segala cara untuk mempertampan dirinya.

     Mulai dari baju fromal, parfum, hingga wig. Namun semuanya itu malah mempersulit dia sendiri.

     Ketika angsa betina melihat bebek jantan ini duduk sendirian, karena sedih tak dapat menarik perhatiannya, si angsa betina mendekat kepada bebek jantan ini. Merasa malu, ia segera menutup wajahnya dengan tas kertas. Angsa betina yang berada di hadapannya membuka tas kertas yang menutupi wajah si bebek dan kemudian mengajaknya berenang bersama. Bebek merasa sangat senang sekaligus tak menyangka sama sekali, karena ternyata angsa yang cantik dapat menerima dirinya apa adanya.

     

    Morals: ”Be Your Self”

  • Bacaan 09.03.2010 340 Comments

    In English there are a number of conventions that should be used when writing a formal or business letter. Furthermore, you try to write as simply and as clearly as possible, and not to make the letter longer than necessary. Remember not to use informal language like contractions.

    Addresses:

    1) Your Address
    The return address should be written in the top right-hand corner of the letter.

    2) The Address of the person you are writing to
    The inside address should be written on the left, starting below your address.

    Date:

    Different people put the date on different sides of the page. You can write this on the right or the left on the line after the address you are writing to. Write the month as a word.

    Salutation or greeting:

    1) Dear Sir or Madam,
    If you do not know the name of the person you are writing to, use this. It is always advisable to try to find out a name.

    2) Dear Mr Jenkins,
    If you know the name, use the title (Mr, Mrs, Miss or Ms, Dr, etc.) and the surname only. If you are writing to a woman and do not know if she uses Mrs or Miss, you can use Ms, which is for married and single women.

    Ending a letter:

    1) Yours Faithfully   
    If you do not know the name of the person, end the letter this way.

    2) Yours Sincerely
    If you know the name of the person, end the letter this way.

    3) Your signature
    Sign your name, then print it underneath the signature. If you think the person you are writing to might not know whether you are male of female, put you title in brackets after your name.

    Content of a Formal Letter

    First paragraph
    The first paragraph should be short and state the purpose of the letter- to make an enquiry, complain, request something, etc.

    The paragraph or paragraphs in the middle of the letter should contain the relevant information behind the writing of the letter. Most letters in English are not very long, so keep the information to the essentials and concentrate on organising it in a clear and logical manner rather than expanding too much.

    Last Paragraph
    The last paragraph of a formal letter should state what action you expect the recipient to take- to refund, send you information, etc.

    Abbreviations Used in Letter Writing

    The following abbreviations are widely used in letters:

    • asap = as soon as possible
    • cc = carbon copy (when you send a copy of a letter to more than one person, you use this abbreviation to let them know)
    • enc. = enclosure (when you include other papers with your letter)
    • pp = per procurationem (A Latin phrase meaning that you are signing the letter on somebody else's behalf; if they are not there to sign it themselves, etc)
    • ps = postscript (when you want to add something after you've finished and signed it)
    • pto (informal) = please turn over (to make sure that the other person knows the letter continues on the other side of the page)
    • RSVP = please reply

    Outline: A Covering Letter

    A covering letter is the one that accompanies your CV when you are applying for a job. Here is a fairly conventional plan for the layout of the paragraphs.

    Opening Paragraph
    Briefly identify yourself and the position you are applying for. Add how you found out about the vacancy.

    Paragraph 2
    Give the reasons why you are interested in working for the company and why you wish to be considered for that particular post. State your relevant qualifications and experience, as well as your personal qualities that make you a suitable candidate.

    Paragraph 3
    Inform them that you have enclosed your current CV and add any further information that you think could help your case.

    Closing Paragraph
    Give your availability for interview, thank them for their consideration, restate your interest and close the letter.

     

     Outline: A Letter of Enquiry

    A letter of enquiry is when you are approaching a company speculatively, that is you are making an approach without their having advertised or announced a vacancy.

    Opening Paragraph
    Introduce yourself briefly and give your reason for writing. Let them know of the kind of position you are seeking, why you are interested and how you heard about them.

    Paragraph 2
    Show why their company in particular interests you, mention your qualifications and experience along with any further details that might make them interested in seeing you.

    Paragraph 3
    Refer to your enclosed CV and draw their attention to any particularly important points you would like them to focus on in it.

    Closing Paragraph
    Thank them, explain your availability for interview and restate your enthusiasm for their company and desire to be considered for posts that might as yet be unavailable.

  • Bahan :

    100 gr      Mie telur, rebus, lalu goreng hingga renyah

    100 gr      Bakso ayam/sapi, rebus sebentar (dapat diganti kentang, potong dadu, tumis sebentar)

    150 gr      Keju

    1     sdt    Seledri, cincang halus

    Cara Membuat :

    1. Susun mie di atas loyang atau pinggan tahan panas. Beri bakso di atasnya, Beri irisan keju.

    2. Panggang 3 menit hingga meleleh, angkat lalu taburi dengan seledri, sajikan

     

    tips:

    1. Mie telur dapat diganti dengan mie instan, gunakan teknik memasak yang sama.

    2. Menggorengnya dapat dibentuk sesuai selera, gunakan penjepit dan saringan untuk memudahkan saat menggoreng.

  • Bahan :

    3 bh     Kentang di potong memanjang

    Mentega secukupnya

    Keju secukupnya

    Mayones secukupnya

     

    Cara Membuat :

    1. Goreng kentang hingga matang. Angkat, berikan sedikit mentega. Aduk rata.

    2. campurkan mayones dan keju ke dalam kentang. aduk rata.

    3. Siap disajikan.

    NB : dapat ditambahkan saus sesuai selera..

     

    gampang kan.. kmrn baru uji coba loh hehehe..